Penyakit jantung dan pembuluh darah yang biasa
disebut kardiovaskular (CVD) menjadi ancaman utama kehidupan manusia dan
menempati urutan pertama penyebab terbanyak kematian di belahan dunia.
"Tahun
2002 CVD menyumbang 17 juta kasus kematian dunia. Sebagaian besar
menimpa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan
pada tahun 2020 angka kematian akan membengkak menjadi 20 juta orang,"
kata kardiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr
Harmani Kalim, di Jakarta, Sabtu.
Ia
mengatakan, sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh stroke dan
penyakit jantung koroner (CHD). Pada penyakit CHD dalam arteri koroner
yang menyuplai darah ke jantung mengalami penyempitan dan beberapa kasus
aliran darah terblokir. "Hal ini menyebabkan darah tidak dapat
disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung. Apabila oksigen tidak dapat
disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung, jantung akan menjadi lemah
dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh, akibatnya
orang tersebut akan meninggal," katanya.
Menurut
Harmani, ada faktor resiko penyebab penyakit jantung koroner yang tidak
dapat diubah, seperti faktor usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat
keluarga. Namun, ada juga faktor resiko yang dapat diubah, seperti
tingginya kolesterol, perilaku merokok, dan tekanan darah tinggi.
Ketiganya ditengarai ikut menyumbang kematian akibat CVD dan tidak boleh
diremehkan, katanya.
Penelitian
Poluter, merokok dapat meningkatkan resiko CVD 1,6 kali, hipertensi
dengan tekanan darah sistolik menyumbang tiga kali resiko dan kolesterol
sebesar empat kali. Apabila ketiga faktor resiko tersebut terdapat pada
satu orang, maka peluang resikonya membengkak menjadi 16 kali.
Dr
Harmani lebih lanjut mengatakan, kolesterol memberikan sumbangan yang
sangat signifikan pada terjadinya aterosklerosis. Terdapat dua jenis
kolesterol yang harus diketahui, yaitu LDL (low density lipoprotein) dan
high density lipoprotein (HDL), LDL disebut juga kolesterol jahat
karena mudah melekat pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak sehingga memicu aterosklerosis (pengerasan dan
penyumbatan pembuluh darah).
HDL,
ujar Harmani disebut kolesterol baik karena mempunyai sifat
antianterogenik (mencegah aterosklerosis), yaitu mengangkut kolesterol
dari pembuluh darah atau jaringan lain menuju hati untuk dikeluarkan
sebagai asam empedu. Bila keseimbangan terganggu, kadar LDL cenderung
meningkat dan kadar HDL cenderung makin rendah sehingga aterosklrerosis
lebih mudah terjadi. Kadar kolesterol dalam darah dikatakan tinggi bila
kadar kolesterol total lebih besar 240mg/dl. Kadar triliserida darah
tinggi bila lebih besar dari 200 mg/dl. Kadar kolesterol LDL tinggi bila
lebih besar dai 160 mg/dl. Kadar kolesterol HDL rendah bila kurang dari
40 mg/dl.
Menurut
Harmani, tingginya faktor resiko akibat dari tingginya kadar kolesterol
LDL tersebut telah mendorong sejumlah peneliti untuk mencari berbagai
cara mengurangi faktor-faktor resiko itu untuk menurunkan angka kematian
akibat serangan jantung koroner, salah satunya menggunakan obat-obatan
yang tersedia.
Studi
Jupiter yang mengumumkan hasil studi terbaru melibatkan 17.802 pasien
di Amerika Serikat terhadap penggunaan rosuvastatin 20 mg menunjukkan
obat tersebut mampu menurunkan resiko serangan jantung, stroke dan
kejadian kardiovaskular lainnya pada pasien dengan kadar kolesterol
dalam darah/LDL-C rendah hingga normal, tetapi memiliki resiko
kardiovaskular tinggi.
Hasil
studi Jupiter yang disampaikan pada sesi ilmiah American Heart
Association Scientific dan diumumkan secara online oleh New England
Journal of Medicine di New Orleans, AS memberikan informasi baru tentang
efek rosuvastatin terhadap resiko kardio vaskular. Studi tersebut
mengkonfirmasi bahwa rosuvastatin secara dramatis mampu menurunkan kadar
kolesterol LDL-C dan telah terbukti hingga 50 persen menurunkan resiko
serangan jantung dan stroke pada pasien yang memiliki hsCRP tinggi
tetapi kadar kolesterol-nya rendah hingga normal.
Sementara
itu, Dr Hermin Sitompul dari Astrazeneca Indonesia, berharap data studi
JUPITER bisa mendapatkan izin pemerintah pada pertengahan tahun 2009
dan jika disetujui, maka perusahaan itu akan memulai aktivitas promosi
dengan label yang sudah disetujui. Rosuvastatin telah memiliki ijin edar
di lebih dari 95 negara. Di seluruh dunia, hampir 15 juta pasien telah
menggunakan rosuvastatin. Data yang diperoleh, baik dari uji coba klinis
maupun dari para pengguna di seluruh dunia menyebutkan bahwa profil
keamanan rosuvastatin setara dengan statin lain yang beredar di pasaran.
Sumber : Kompas & Antara